Jakarta - BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan Gerhana Bulan Total pada malam nanti, Ahad, 7 September 2025, dapat diamati dari wilayah Indonesia. Fenomena ini hanya terjadi pada fase purnama.
“Pada puncak gerhana, Bulan akan tampak berwarna merah jika cuaca cerah,” begitu penjelasan BMKG dalam keterangan resmi, Ahad pagi.
Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar di satu garis lurus. Bulan masuk ke bayangan inti (umbra) Bumi.
Warna merah saat puncak gerhana disebabkan oleh hamburan cahaya matahari alias Rayleigh di atmosfer Bumi. Saat itu cahaya dengan panjang gelombang pendek seperti biru lebih banyak tersebar, sedangkan cahaya merah lolos dan sampai ke permukaan Bulan.
BMKG mencatat durasi gerhana ini, dari fase awal (P1) hingga akhir (P4), akan berlangsung selama 5 jam 29 menit 48 detik. Parsialitas gerhana, yakni dari Gerhana Sebagian mulai (U1) hingga berakhir (U4), terjadi selama 3 jam 20 menit 2 detik. Sedangkan durasi totalitas akan berlangsung selama 1 jam 22 menit 56 detik.
Merujuk peta visibilitas yang ditampilkan BMKG, wilayah di sebelah barat garis P4 dapat menyaksikan seluruh fase gerhana, mulai dari Gerhana Penumbra (P1), Gerhana Sebagian (U1), Gerhana Total (U2), puncak gerhana, hingga berakhir pada P4. Adapun pengamat di timur garis P4, seperti Papua bagian timur, akan melihat gerhana sejak fase penumbra hingga U4. Namun Bulan akan terbenam sebelum fase penumbra berakhir.
Ada sedikitnya empat fenomena gerhana yang terlihat sepanjang 2025, terdiri dari dua gerhana Bulan dan dua gerhana Matahari. Selain gerhana pada 7 September, ada juga Gerhana Bulan Total pada 14 Maret nanti. Gerhana Matahari Sebagian yang sudah terjadi pada 29 Maret lalu akan terulang pada 21 September 2025, namun keduanya tidak dapat diamati dari Indonesia.