Bala 'Menanti' Kala 3 Tanaman Ini Ditanam di Desa Slangit Cirebon

Bala 'Menanti' Kala 3 Tanaman Ini Ditanam di Desa Slangit Cirebon

Cirebon - Menjadi petani merupakan pekerjaan yang banyak dilakoni oleh masyarakat di sejumlah daerah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tidak terkecuali bagi penduduk di Desa Slangit.

Namun, di desa yang terletak di Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon itu ternyata tidak semua tanaman boleh dibudidayakan. Larangan tersebut bahkan berlaku bagi semua warga yang tinggal di Desa Slangit.

Setidaknya ada tiga jenis tanaman yang dilarang untuk ditanam di desa ini. Antara lain, yakni ketan hitam, cabai rawit dan labu putih atau waluh geleg. Warga desa setempat meyakini jika larangan tersebut dilanggar maka akan mendatangkan sial atau bala.

Hingga kini, mitos atau cerita yang diyakini masyarakat tentang larangan menanam ketan hitam, cabai rawit hingga labuh putih itu masih dipegang erat oleh penduduk di Desa Slangit.

Menurut salah seorang warga Desa Slangit Adi Sucipto, kepercayaan tentang larangan menanam tiga jenis tanaman itu telah berlangsung secara turun temurun.

"Kepercayaan ini memang sudah berlaku sejak dulu. Mulai dari orang tua, kakek. Sudah turun temurun," kata Adi saat berbincang dengan detikJabar di kediamannya Desa Slangit, Kecamatan Klangenan, baru-baru ini.

Pria berusia 55 tahun itu kemudian menceritakan beberapa kejadian saat ada warga melanggar larangan tersebut. Salah satunya seperti peristiwa yang terjadi pada 2019 silam.

Saat itu, kata Adi, ada seorang warga dari daerah luar yang menyewa lahan sawah di Desa Slangit untuk menanam bibit padi. Namun, secara sadar atau tidak, bibit ditanam ternyata adalah bibit padi ketan hitam.

Hal itu mulai disadari saat tanaman padi tersebut mulai tumbuh besar. Para petani di Desa Slangit merasa aneh sekaligus curiga dengan bentuk maupun warna dari tanaman padi tersebut.

"Jadi waktu padi itu berbunga mulai ada kecurigaan. Bunganya itu beda. Padi biasa kan warnanya hijau, kalau itu putih dan batangnya sudah mulai kehitam-hitaman," kata dia.

"Kemudian ada orang yang tahu. Karena kalau di sawah kan bukan hanya satu orang, dua orang. Tapi ada yang peduli dan ada juga yang tidak peduli," ucap Adi.

Singkat cerita, warga desa setempat kemudian sadar jika tanaman padi yang ditanam oleh penyewa lahan sawah itu adalah tanaman padi ketan hitam. Salah satu tanaman yang selama ini sangat dilarang ditanam di Desa Slangit.

Adi mengatakan, sebelum terungkap jika tanaman padi tersebut adalah ketan hitam, tidak sedikit anak-anak desa setempat yang saat itu mengalami sakit. Seperti demam, diare dan lain-lain.

Warga desa kemudian meyakini jika itu adalah dampak dari adanya tanaman padi ketan hitam yang ditanam di Desa Slangit. Warga pun protes. Mereka lantas meminta agar pemerintah desa bisa mengambil tindakan atas adanya kejadian tersebut.

"Jadi waktu itu ada warga yang melapor ke desa kalau di sawah ada melakukan pelanggaran. Ada yang menanam ketan hitam, sedangkan di desa kita itu menanam ketan hitam adalah pantangan," kata Adi.

Kala itu, Adi sendiri masih menjabat sebagai salah satu perangkat desa di Desa Slangit. Mendapat aduan dari warga, pemerintah desa kemudian memanggil pemilik tanaman padi ketan hitam. Sang pemilik tanaman dipanggil untuk dilakukan mediasi.

Dari hasil pertemuan itu, kata Adi, pemilik tanaman mengaku tidak tahu perihal adanya pantangan yang berlaku di Desa Slangit. Di sisi lain, pemilik tanaman juga mengaku tidak tahu jika yang ditanamnya adalah tanaman padi ketan hitam.

"Saat itu kita dari pemerintah desa melakukan mediasi dengan pemilik tanaman padi ketan hitam. Memang alasan dari pemilik tanaman dia tidak tahu adanya pantangan itu. Dia juga mengaku, tidak tahu kalau yang ditanamnya adalah ketan hitam. Dia tahunya itu waktu tanamannya sudah tumbuh besar," kata Adi.

Dari hasil mediasi tersebut akhirnya disepakati agar tanaman padi ketan hitam itu dimusnahkan. Pemerintah desa bersama dengan warga setempat bersama-sama memangkas setiap tanaman padi ketan hitam yang ada di daerah tersebut.

"Setelah tanaman padi ketan hitam itu dimusnahkan, kebetulan anak-anak yang sakit itu sembuh. Sebelumnya kan ada yang dibawa ke rumah sakit, ke Puskesmas. Jadi sebelum tanaman padi ketan hitam itu dimusnahkan, setiap hari ada saja anak-anak yang sakit," ucap Adi.

Adi sendiri menyebut, mayoritas penduduk di Desa Slangit berprofesi sebagai petani. Ada sekitar 60 persen masyarakat di desa ini yang melakoni pekerjaan tersebut. Adapun beberapa jenis tanaman yang biasa ditanam oleh masyarakat desa setempat di antaranya mulai tanaman padi hingga beberapa jenis sayuran.

"Kalau di sini memang mayoritas petani. 60 persen (masyarakat) profesinya petani. Kalau yang merantau ke luar daerah itu ngga terlalu banyak," kata Adi.

Namun, ada tiga jenis tanaman yang dilarang untuk ditanam di Desa Slangit. Antara lain yakni ketam hitam, cabai rawit dan labuh putih. Warga setempat menyebutnya waluh deleg. Hingga kini, pantangan itu pun masih dipegang erat oleh masyarakat di desa tersebut.

Tanggapan Pemerhati Budaya

Sementara itu, pemerhati budaya Cirebon, Akbarudin Sucipto mengatakan, setiap mitos yang berkembang di tengah masyarakat biasanya selalu berkaitan dengan kisah-kisah yang terjadi pada masa lalu.

Di sisi lain, kata dia, lahirnya sebuah mitos di tengah masyarakat juga biasanya selalu memiliki latar belakang maupun tujuannya sendiri. Termasuk mungkin mitos yang berkembang di tengah masyarakat Desa Slangit soal larangan menanam ketan hitam, cabai rawit hingga labuh.

"Karena ada mitos-mitos yang dalam rangka menyelamatkan koridor etik. Tapi di sisi lain ada juga mitos-mitos untuk menyelamatkan sesuatu yang kita ngga tahu," kata Akbarudin kepada detikJabar.

Akbar sendiri mengakui jika mitos merupakan suatu hal yang mudah dijumpai di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Tidak terkecuali bagi masyarakat yang ada di Cirebon. Ia pun berharap masyarakat dapat saling menghargai terkait dengan adanya mitos tersebut.

"Kalau (mitos) itu sudah menjadi kearifan lokal, paling tidak meski kita tidak meyakini atau tidak percaya, baiknya kita menghormati," kata Akbar. (*) 

Berita Lainnya

Index