Mengenal Desa Cikurubuk, Pengemban Pertanian Organik di Sumedang

Mengenal Desa Cikurubuk, Pengemban Pertanian Organik di Sumedang
Kades Cikurubuk Muhamad Fadar Junawar bersama beberapa stafnya sedang menunjukan lahan pertanian organik di Dusun Cilumping.

Sumedang,MimbarDesa.com - Hari Inovasi Indonesia (HII) diperingati setiap tanggal 1 November atau pada tahun 2023 ini jatuh pada hari Rabu. Dalam kesempatan ini, detikJabar akan mengulas sebuah desa di Kabupaten Sumedang yang menerapkan sistem pertanian dengan cara organik.
Desa tersebut adalah Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang. Sistem pertanian organik dipercaya mampu meningkatkan kualitas hidup petani dan lingkungannya.

Selain itu dapat menghasilkan produk pertanian yang unggul dan terbebas dari residu pestisida serta bebas dari bahan kimia yang berasal dari pupuk buatan atau sintetis.

Kepala Desa Cikurubuk Muhamad Fadar Junawar mengungkapkan, sebagian petani di Desa Cikurubuk saat ini sedang mengembangkan sistem pertanian organik yang sudah berlangsung selama tiga tahun lebih.

"Pada prinsipnya kami sudah tidak memakai lagi produk sintetis kimia baik pupuk maupun pestisida, pestisidanya kami gunakan pestisida nabati," ungkap Muhamad kepada detikJabar di lokasi.

Muhamad menyebut, dari 172 hektar lahan pertanian, ada sekitar 30 hektar lahan yang telah tersertifikasi dengan menerapkan sistem pertanian cara organik.

"Sistem pertanian organik ini harus ada sertifikat dari lembaga sertifikasi organik, jadi tidak sembarangan orang mencantumkan produk organiknya," terangnya.

Beberapa keuntungan didapat dari petani yang menerapkan sistem pertanian organik. Salah satunya dapat menekan biaya produksi terutama biaya kebutuhan pupuk.

"Pupuk kita bisa buat sendiri dengan memanfaatkan limbah seperti kotoran sapi, kotoran domba, urin domba, urin sapi. Untuk mendapatkannya kita bisa kerjasama dengan komunitas petani peternak, jadi kita bisa bikin formula pupuk mandiri, satu hari dikerjakan oleh tiga orang dan ini bisa digunakan untuk 30 hektar dengan bahan pupuk yang baik," paparnya.

Kemudian, sistem pertanian organik pun diklaim dapat meningkatkan harga gabah yang mana ini akan berimbas pada meningkatkan pendapatan para petani. Dalam hal ini, Desa Cikurubuk akan melibatkan peran dari BUMdes

"Dengan peran BUMdes ini dapat memberikan kepastian bagi para petani dimana hasil tani mereka itu nantinya dibeli oleh BUMdes dengan harga lebih mahal dan mereka dapat akses untuk kebutuhan modal, pupuk, bibit, dari BUMdes nanti bayarnya panen, itu rencana besar saya," paparnya.

Produksi padi (gabah kering) yang dihasilkan melalui penerapan sistem pertanian organik di Desa Cikurubuk diketahui mencapai kisaran 8,2 ton sampai 8,6 ton per hektar per musim tanam (empat bulan).

Kualitas produksi padi dari pertanian organik Desa Cikurubuk pun saat ini telah diakui mutunya. Bahkan, Desa Cikurubuk telah dijadikan sebagai pusat pengembangan pertanian organik oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Provinsi Jawa Barat.

"Saya sudah keliling ke beberapa daerah di Jawa Barat dan dijadikan narasumber tentang penerapan sistem pertanian organik ini di hadapan kelompok tani yang ingin menerapkan pertanian organik juga," ujarnya.

Muhamad menyebut, saat ini sistem pertanian organik telah menjadi program prioritasnya. Hal itu mengingat mayoritas warganya berprofesi sebagai petani.

"Warga saya kebanyakan petani begitu pun keluarga saya adalah petani, tahu sendiri bagaimana kondisi petani saat ini, akses kebutuhan mereka untuk pupuk dan modal kan sulit dan petani tidak pernah merasakan sebuah kepastian dari harga gabah, apakah kebutuhan mereka tercukupi ?," paparnya.

"Apalagi permasalahan besar yang dihadapi negara saat ini besar, karena bahan pupuk subsidi itu berasal dari impor," terangnya menambahkan.

Alasan lainnya, kata Muhamad, dengan menerapkan pertanian organik maka akan meningkatkan kualitas dari hasil produksi padi serta dapat menjaga kualitas dari lahan pertanian yang ada.

"Lahan kami puluhan tahun sudah tergantung oleh produk-produk sintetis kimia sehingga menyebabkan lahan menjadi sakit. Dengan pertanian organik, lingkungan jadi terjaga dan setiap tahunnya bisa melakukan tiga kali musim tanam padi," tuturnya.

Desa Cikurubuk secara administrarif terdiri dari dua dusun yakni Dusun Cikurubuk dan Dusun Cilumping. Jumlah penduduknya tercatat ada sekitar 2.320 jiwa atau 837 kepala keluarga. Dari jumlah itu, 90 persen warganya bermata pencaharian sebagai petani.

Dari 7 kelompok tani yang ada, saat ini tercatat sudah 3 kelompok tani yang menerapkan sistem pertanian organik.

Muhamad menargetkan, seluruh kelompok tani di Desa Cikurubuk dapat menerapkan pertanian dengan cara organik pada dua tahun ke depan.

Terkait targetnya itu, ia pun mengungkapkan salah satu kendala yang dihadapinya saat ini yakni perlunya dukungan dari pemerintah terkait suntikan dana untuk mengembangkan peran BUMdes di Desa Cikurubuk.

"Satu kendala saat ini yaitu BUMdes butuh sokongan dana karena kan program prioritas ini membutuhkan dana besar untuk mengembangkan peran BUMdes," ujarnya. (Chdy)

Berita Lainnya

Index