Cerita Umbul Kroman di Desa Mranggen: Nekat Langgar Pantangan, Ular Kecil Bermunculan

Cerita Umbul Kroman di Desa Mranggen: Nekat Langgar Pantangan, Ular Kecil Bermunculan
BENING: Anak-anak berenang di Umbul Kroman, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom. Air di tempat ini nampak sangat jernih. (ANGGA PURENDA/RADAR SOLO)

JATINOM, MINBARDESA.com – Potensi sumber mata air berupa umbul di Kabupaten Klaten seolah tidak ada habisnya. Salah satunya Umbul Kroman di Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom. Alamnya yang masih alami dan keberadaan tebing di sampingnya menjadi daya tarik tersendiri.

Selain menawan, umbul yang memiliki luas sekira 50 meter persegi itu menyimpan mitos. Bagi pendatang maupun pengantin baru yang berenang di umbul tersebut akan memancarkan aura positif.

“Warga pendatang yang mendapatkan warga sini (Desa Mranggen), auranya menjadi terbuka setelah berenang atau mandi di Umbul Kroman. Kalau perempuan akan menjadi lebih cantik. Sedangkan laki-laki menjadi ganteng,” ucap Ketua Pemuda RW 14 Desa Mranggen, Pupun Prasetya kepada Jawa Pos Radar Solo belum lama ini.

Air dari Umbul Kroman memang begitu jernih hingga bagian dasarnya berupa bebatuan terlihat jelas. Ditambah pepohonan yang membuat sekitar umbul menjadi rindang. Hal itu pula yang membuat warga ingin berkunjung sekalipun lokasinya tersembunyi.

Warga Desa Mranggen mempercayai ada sosok tak kasat mata sebagai penunggu umbul setempat. Adalah Nyi Mardani yang berwujud seorang perempuan berparas cantik.

Tapi ingat, ada ada pantangan yang harus ditaati oleh pengunjung saat datang ke umbul tersebut. “Tidak mau yang namanya kotor-kotor. Maka itu, bagi perempuan yang sedang menstruasi dilarang berenang ke Umbul Kroman. Tidak boleh ada bau anyir,” tegas Pupun.

Apabila ada yang melanggar, akan keluar ular berukuran kecil di antara sela-sela bebatuan pada umbul. Jumlahnya pun cukup banyak. Hal itu pernah terjadi pada 2018 dengan saksi warga sekitar yang melihatnya.

Pupun menyebut, pihak yang melanggar pantangan di Umbul Kroman itu berasal dari luar warga Desa Mranggen. Hal itu disebabkan karena ketidaktahuan yang bersangkutan.

“Bagi warga luar daerah yang mau mandi di Umbul Kroman tetap diperbolehkan. Tetapi tidak boleh dalam keadaan menstruasi. Boleh mandi tapi harus tahu pantangannya,” tambahnya.

Umbul Kroman yang memiliki kedalaman sekira 50 cm hingga 70 cm itu juga masih sering digunakan untuk sesirih. Biasanya melakukan dengan cara berendam diri di umbul tersebut. Termasuk dikunjungi para wisatawan yang ingin merasakan segarnya berenang di sumber mata air tersebut.

Keberadaan umbul sudah ada sejak lama. Tetapi luasnya tidak seperti saat ini, sebelum dilakukan penataan. Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Solo, pada 1975-an, air dari umbul digunakan warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebelum memiliki sumur.

“Sampai saat ini, air dari Umbul Kroman masih digunakan untuk mencuci baju. Pengelolaan umbul sudah terbentuk, tetapi belum maksimal. Ada kelompok sadar wisata (Pokdarwis) juga, tetapi belum bisa optimal. Bagi yang mau ke umbul masih gratis,” pungkas Pupun. (MD07)

Berita Lainnya

Index