Tujuh Permainan Tradisional Desa Pedawa Direkonstruksi

Tujuh Permainan Tradisional Desa Pedawa Direkonstruksi
Kelompok Pondok Literasi Sabih (PLS) Desa Pedawa saat merekonstruksi permainan tradisional yang ada di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng

SINGARAJA, MIMBARDESA.com - Kelompok Pondok Literasi Sabih (PLS) Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng merekonstruksi tujuh permainan tradisional asal desa setempat.

Rekonstruksi dilakukan agar anak-anak di Desa Pedawa kembali mengenal permainan tradisional, yang hampir punah akibat perkembangan teknologi. 

Ketua PLS Pedawa, I Wayan Sadnyana pada Minggu (18/6) mengatakan, ada tujuh permainan tradisional yang direkonstruksi.

Diantaranya Megebug Tingkih, Micet, Metembing Tingkih, Mesimbar, Metembing Karet, Metembing Pipisbolong, dan permainan lompat berbasis kombinasi dengan lagu tradisional. 

Dimana untuk Permainan Megebug Tingkih dilakukan oleh dua orang anak dengan rentang usia sekitar enam hingga delapan tahun, dengan menggunakan biji kemiri sebagai medianya.

Sebelum permainan dimulai, kedua anak bermain suit terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang bermain pertama.

Anak yang kalah dalam suit meletakkan biji kemirinya di atas tanah.

Sementara anak yang menang suit melempar biji kemiri milik lawannya menggunakan biji kemiri miliknya, hingga terlempar dari garis. 

Sadnyana menyebut, rekonstruksi yang dilakukan berupa menggali data dan teknis tujuh permainan tradisional kepada para sesepuh yang ada di Desa Pedawa.

Hal dilakukan sebab permainan yang dulunya sering dimainkan oleh kakek-nenek di desa tersebut, kini nyaris tidak pernah dimainkan oleh para generasi muda.

Seiring berkembangnya teknologi, anak-anak lebih memilih bermain dengan menggunakan gadget, yang permainannya cenderung individual, di dalam ruangan dan bersifat pasif dalam gerak. 

“Kalau permainan tradisional kan bisa dilakukan dalam tim, jadi anak-anak lebih aktif bergerak dan lebih banyak berinteraksi. Sehingga melalui revitalisasi ini kami ingin memasyarakatkan lagi permainan tradisional asal Desa Pedawa di kalangan anak-anak," katanya.

Sebagai tahap awal, permainan tradisional yang direkonstruksi ini baru dikenalkan pada anak-anak yang bergiat di PLS.

Kedepan pihaknya juga akan berkolaborasi memperkenalkan permainan itu kepada siswa TK dan SD yang ada di Desa Pedawa. 

Sadnyana menuturkan, selain fokus pada pelestarian tradisi dan budaya khas Pedawa, PLS yang dibentuk sejak Agustus 2018 lalu ini juga melaksanakan pelatihan bahasa Inggris, Jepang dan bahasa Bali untuk anak-anak di desa pedawa dan desa tetangga. (MD07) 

Berita Lainnya

Index