Panen Raya Kopi Asli Desa Guci Kabupaten Tegal Kualitas Tidak Kalah Difa: Bisa Dikenal Nusantara

Panen Raya Kopi Asli Desa Guci Kabupaten Tegal Kualitas Tidak Kalah Difa: Bisa Dikenal Nusantara
Foto pelaku usaha dan pegiat kopi asal Tegal, Ramanitya Khadifa atau kerap disapa Difa (kaos abu-abu), bersama beberapa rekannya sedang memanen biji kopi yang ada di lahan seluas setengah hektar, berlokasi di Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal

SLAWI, MIMBARDESA.com – Berawal dari hobi menikmati kopi di beberapa kedai dan akhirnya membuka kedai sendiri, membuat pelaku usaha kopi asal Tegal, Ramanitya Khadifa lebih serius bahkan mendalami proses awal pembuatan kopi sampai disajikan ke pelanggan.

Tidak tanggung-tanggung, pria yang memiliki nama sapaan Difa ini sampai mengikuti proses pemetikan kopi, pengolahan, sangrai, sampai nantinya dibuat menjadi bubuk kopi dan siap dipasarkan.

Sekitar tahun 2017, Difa bersama teman-teman yang tergabung dalam komunitas serumpun barista Tegal (Serbat) mencari ke wilayah atas apakah di Kabupaten Tegal ada kebun kopi atau tidak, sampai akhirnya bertemu dengan warga atau orang yang memiliki kebun kopi.

Ditemui saat sedang panen kopi di salah satu kebun masuk Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Senin (5/6/2023), Difa menjelaskan bahwa sekarang ini adalah masuk musim panen raya kopi.

Sehingga ia dan sembilan rekannya yang lain melakukan panen kopi, kemudian diolah, sampai menjadi biji kopi yang siap disangrai dan dipasarkan.

"Jadi kami ada kebun kopi selain di Desa Guci, ada juga di Desa Batumirah dan Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Sedangkan kami mulai di kebun kopi Desa Guci sejak tahun 2017, memiliki lahan sekitar setengah hektar, dan jumlah pohon kopi lebih dari 1.000 buah," ungkap Difa, pada Tribunjateng.com.

Dijelaskan Difa, ketika masuk panen raya khususnya di kebun kopi Desa Guci estimasi bisa menghasilkan 1 sampai 1,5 ton biji kopi.

Sedangkan di kebun yang ada di Desa Batumirah sekali panen bisa 3 sampai 4 ton biji kopi di lahan seluas dua hektar.

Kemudian Difa dan tim juga sedang dalam proses penanaman bibit kopi baru, masih di daerah atas tepatnya arah jalur pendakian Permadi Guci, Kabupaten Tegal.

Proses penanaman sendiri sudah dilakukan sejak tahun 2019, mengingat kopi sampai siap panen paling tidak membutuhkan waktu sekitar empat tahun.

Setelah panen raya empat tahun, maka di masa panen selanjutnya dalam setahun bisa dua sampai tiga kali panen kopi.

Namun untuk panen bisa dilaksanakan atau tidak melihat kondisi alam seperti apa.

"Kopi inikan produk alam, maka ketika dirawat dengan baik, proses sesuai, bagus, pasti menghasilkan kualitas yang bagus juga. Saya bisa menyebut kualitas kopi asli Kabupaten Tegal ini tidak kalah dengan kopi dari daerah lainnya. Karena kami pernah mengirim kopi asli Batumirah untuk dilombakan, kemudian dapat juara dua festival kopi Jawa Tengah. Selain itu, kami juga pernah mengirim sampel kopi untuk diberi penilaian kualitasnya dan produk masuk kategori spesial," terang Difa.

Menurut Difa, kopi asli Kabupaten Tegal masuk jenis arabika, dengan varietas beragam seperti sigarar utang, kartika, Linie S, Gayo 1, Gayo 2, Typica, dan lain-lain.

Melihat potensi yang sangat bagus, terlebih kopi sedang menjadi tren di tengah masyarakat, maka Difa berharap kopi asli Kabupaten Tegal bisa seperti Aceh yang produk kopi nya dikenal baik Nusantara maupun dunia.

Harapan Difa sesederhana kopi asli Kabupaten Tegal bisa dikenal masyarakat Indonesia, khsusnya warga Kabupaten Tegal sendiri.

Karena menurutnya, ketika ada wisatawan yang berkunjung ke Tegal kemudian mampir untuk minum kopi, setelahnya menanyakan kopi asal mana dan dijawab asli Kabupaten Tegal, maka ada rasa kebanggaan tersendiri sebagai pelaku usaha dan pegiat kopi.

Lebih dari itu, Difa berharap kopi asli Kabupaten Tegal bisa menjadi oleh-oleh atau rujukan ketika sedang mampir dan ingin memberikan buah tangan.

"Kalau bahas harga jual kopi terus mengalami kenaikan, tapi untuk penjualan di lokal Indonesia khususnya biji kopi mentah grade satu atau yang terbaik, harga rata-rata Rp 130 ribu-Rp 150 ribu per kilogram. Kebetulan kami menjual yang masih dalam bentuk biji kopi, karena untuk kopi sudah menjadi bubuk nanti ada yang mengerjakan sendiri," ujarnya. (MD07)

Berita Lainnya

Index