KOTA KULON,MimbarDesa.com - Keberadaan forum anak desa di Bondowoso bisa dikatakan sudah merata di seluruh desa dan kelurahan di 23 kecamatan. Namun, belakangan ini, forum yang aktif hanya segelintir saja. Hal itu masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkab Bondowoso agar tidak sekadar mengikuti formalitas SK pembentukan forum anak saja.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB) Bondowoso Anisatul Hamidah mengatakan, semua kelurahan dan desa di Bondowoso sudah mempunyai forum anak. Bahkan, keberadaan forum tersebut dilengkapi dengan SK dari pemerintah terkait. "Tugas kami kemudian bagaimana forum anak itu difasilitasi," katanya.
Dia memaparkan, dari banyaknya forum anak, saat ini masih ada lima desa yang dapat dikatakan aktif. Bahkan, telah dijadikan pilot project (percontohan) oleh desa-desa lain. Di antaranya, Desa Gubrih dan Ampelan di Kecamatan Wringin, Desa Sumbersari, dan Suco Lor di Kecamatan Maesan, serta di Desa Tangsil Wetan di Kecamatan Wonosari.
"Di sana, masing-masing desa ada sekitar 15 anak yang berpotensi. Saya sampaikan kepada mereka, jangan hanya menunggu bantuan dari pemerintah, tetapi forum anak bisa melihat apa yang berpotensi di desa itu, sehingga bisa terlibat dalam pembangunan desa," urainya.
Dia mencontohkan kreativitas anak yang berada Desa Gubrih. Mereka melakukan publikasi tentang desa setiap saat di akun media sosialnya masing-masing. "Kalau satu anak melakukan publikasi di akun media sosialnya, maka perlahan potensi desa bakal dikenal khalayak umum. Itu tiap hari, mereka mengunggah sebanyak 30 foto. Ini yang ada di Gubrih," terangnya.
Menurutnya, mereka membuat karya yang mempunyai nilai jual. Seperti membuat bunga hias rumahan, lalu dipasarkan melalui media sosial. "Tujuan kami bukan sekadar pemberdayaan perempuan dan anak saja. Namun, anak di desa dapat membantu mengangkat potensi desa. Hal ini dilakukan oleh forum anak yang ada di Desa Tlogosari," ungkapnya kepada Jawa Pos Radar Ijen.
Selain itu, dia mengaku telah menggandeng perguruan tinggi yang ada di Bondowoso untuk membuat Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA). "Misal, salah satu perguruan tinggi itu membina anak di desa untuk membuat produk dan meningkatkan keterampilan yang lainnya," imbuhnya.
Dia berharap, keberadaan forum tersebut juga memberi energi positif bagi anak yang putus sekolah. "Kami kan punya angkanya, itu kami berikan kepada mereka. Ada berapa anak yang butuh sekolah, ada berapa anak yang hamil sebelum 16 tahun, dan berapa yang nikah anak," pungkasnya. (Chdy)